Rabu, 06 Januari 2021

Pembelajaran Bermutu saat Pandemi : Why Not?


Pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021, sepertinya pemerintah belum berani mengambil resiko atau merekeomendasikan untuk membuka pembelajaran tatap muka (PTM). Hal ini disinyalir karena kasus terkonfirmasi positif Covid-19 masih merajalela, bahkan PSBB akan diberlakukan di pulau Jawa

dan Bali. Di Jawa Barat saja sampai tanggal 7 Januari 2021 total kasusnya mencapai 12.567 jiwa dan di Kabupaten Sumedang sebanyak 196 kasus. Sehingga kemungkinan besar pembelajaran masih belajar dari rumah (BDR). Berrefleksi dari pembelajaran BDR selama semester ganjil, didapatkan data sebagai berikut : rata-rata kehadiran 60% siswa, persepsi siswa mengenai BDR adalah membosankan/jenuh sebanyak 53%, tugas yang tidak dikerjakan. Hal ini diindikasi karena berbagai macam kendala atau masalah yaitu, motivasi belajar yang rendah, fasilitas pendukung yang tidak memadai, peran orang tua yang belum optimal dan proses pembelajaran yang kurang kreatif dan inovatif. 

Bagaimana dengan pembelajaran di semester genap di SMPN 1 Surian?

Dalam seminar yang diinisiasi oleh Dinas Pendidikan yang menghadirkan narasumber, bapak Edi Suwardi, M.Pd sebagai Kabid SMP, Prof. Sumar Hendayana (Guru Besar UPI/Presiden Lesson Study) dan Dr. Asep Supriatna (Dosen UPI), mengambil judul "Pembelajaran Bermutu saat Pandemi". Dalam paparannya Kabid SMP menyatakan bahwa, pembelajaran BDR semester genap menggunakan moda Daring (dalam jaringan) dan Luring (luar jaringan) menggunakan 7 strategi komplementer model pembelajaran, yaitu : 1)Virtual meeting, 2) Proyek, 3) Media Sosial, 4) TV/Radio, 5) Modul/LKS, 6) Home visit dan 7) Penugasan berkala. Akan tetapi bobotnya dirubah dan diusahakan virtual dan proyek di minggu-minggu awal serta ditambah bobotnya. Untuk yang luring Dinas Pendidikan bekerjasama dengan Radio eRKS  106,1 fm yang akan diisi guru-guru perwakilan MGMP setiap hari 3 mata pelajaran. 

Prof. Sumar menyarankan dalam BDR, supaya memfasilitasi peserta didik sesuai dengan karaktersitiknya. sebagai gambarannya adalah berikut ini : 


Karena kalau semua anak difasilitasi hal yang sama (prisnip equality), maka anak yang berkemampuan rendah akan kedodoran dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan prinsip equity (berkeadilan) artinya memfasilitasi siswa sesuai proporsinya, sehingaa dapat memahami pembelajaran bersama-sama. 

Dalam hal memfasilitasi anak didik, kalau literasi ICT dan pendukungnya bagus, maka fasilitas yang digunakan moda online full. Sedangkan untuk pembelajaran bermutu gunakanlah problem learning dan project learning, karena dapat menstimulus kemampuan berpikir kritis, kreatif juga dapat berkolaborasi dan berkomunikasi. 


3 komentar:

  1. Woow keren. Terima kasih Pak Suryan, semoga di PJJ tahap 3 sekarang pembelajaran bisa lebih bermutu

    BalasHapus
  2. Sama2 bu, amiiin. Ikhtiarnya harus dioptimalkan.

    BalasHapus
  3. Pa Uyan, Trims ya . Mudah mudahan kita semua bisa melaksanakan pembelajaran yang lebih baik lagi. Sukses Pa Uyan

    BalasHapus